Pengakuan Warga Desa Nglampir yang Rutin Terkena Banjir Setiap Tahun
Musim hujan masih sering membuat repot
warga Kota Marmer bagian selatan. Sebab, setiap hujan, dipastikan beberapa
wilayah banjir akibat luapan sungai tidak kuat menampung debit air. Termasuk
yang tampak di Desa Nglampir, Kecamatan Bandung Jumat (30/11) sekitar pukul
08.00. Bekas genangan air masih terlihat di tembok rumah warga.
Selain itu, tidak jarang warga gotong
royong membersihkan sampah di saluran air dan lumpur ynag masuk rumah. Tidak
terkecuali dengan Sriyati beserta anaknya, Endah. Mereka sibuk mengeluarkan
perabotan rumah seperti kasur dan kursi untuk dijemur.
Sriyati mengaku bersih-bersih lantaran
rumahnya diterjang banjir sekitar pukul 02.00. “Sore hingga malam memang hujan
di wilayah Kecamatan Bandung ini,” jelasnya.
Ini bukan kali pertama rumahnya diterjang
banjir. Pasalnya setiap musim hujan, akan mengalami hal serupa. Namun banjir
kali ini termasuk terbesar. “Banjir terbesar, mirip 2008 lalu,” jelasnya.
Menurut dia, air sungai yang meluap tidak
hanya dari wilayah Tulungagung, tapi juga kiriman dari Trenggalek. “Ini banjir
kiriman. Bahkan di sini tidak hujan pun, airnya bisa meluap jika di Trenggalek
hujan lebat,” ungkapnya.
Wanita 60 tahun itu mengaku sudah menduga
jika sungai di sekitar rumahnya akan meluap. Luapan air sungai tiba di rumahnya
sekitar pukul 02.00. “Saya waktu malam hanya sendiri. Jadi tidak sempat
mengamankan kasur, kursi, dan lain-lain sehingga basah,” ungkapnya.
Dia tidak nyaman tidur jika terjadi hujan
lebat. Sebab khawatir terjadi hal serupa. Jika hujan lebat, tentu mewaspadai
sesuatu yang tidak diinginkan. Yakni dengan tidak tidur jika hujan lebat dan
mengamankan barang-barang agar tidak terkena luapan air. “Kalau ada hujan
lebat, tidur saja tidak nyenyak dan sering takut ada luapan lebih besar,”
ungkapnya.
Sementara itu, Endah mengatakan hal
senada. Sejak pukul 06.00 dia beserta suaminya, Mahmud, membersihkan rumah dari
lumpur. “Saling membantu membersihkan rumah. Mengeluarkan kasur dan kursi basah
yang tidak sempat diselamatkan,” ungkapnya.
Menurut dia, luapan air di wilayah selatan
rutin terjadi setiap tahun. Itu karena adanya banjir kiriman dari wilayah
Trenggalek. “Air yang paling banyak dari wilayah Watulimo, Trenggalek dan
melewati wilayah kami. Sebab, arena sungai tidak muat menampung sehingga
meluap,” ujarnya.
Komentar
Posting Komentar